Kelas V Pendidikan Agama Islam

 Kisah Kejujuran Seorang Gadis Penjual Susu

Kisah Kejujuran Seorang Gadis Penjual Susu. Menemukan teman atau seorang pekerja yang jujur di zaman saat ini mungkin terasa sulit, mengingat kondisi bangsa saat ini sedang carut marut terutama dalam masalah korupsi yang tak kunjung habisnya, tapi sahabat jangan salah karena sebenarnya juga masih banyak orang – orang yang jujur yang teguh dengan kejujurannya. Nah berbicara tentang kejujuran, yuk kita simak kisah berikut ini semoga dapat menjadi inspirasi pembaca sekalian.

Kisah Kejujuran Seorang Gadis Penjual Susu

Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala. Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik.

Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Kalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.

“Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini,” kata anak perempuan itu.

“Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit.”

“Benar anakku,” kata ibunya.

“Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak,” harap anaknya.

“Hmmm….., sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan,” kata ibunya.

Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.

“Nak,” bisik ibunya seraya mendekat. “Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah.”

Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.

“Tidak, bu!” katanya cepat.

“Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air.” Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.

“Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu,” gerutu ibunya kesal.

“Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?”

“Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,” kata ibunya tetap memaksa.

“Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!”

“Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita menyembunyikannya, “tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang.

Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun,jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.

“Aku tidak mau melakukan ketidakjujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,”kata anak itu.

Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres.

Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.

” Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!” gumam khalifah Umar. Khalifah Umar beranjak meniggalkan gubuk itu. Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.

***

Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Di ceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.

” Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya,” kata khalifah Umar. ” Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat.”

Ashim bin Umar menyetujuinya.

***

Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak

perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan ditangkap karena suatu kesalahan.

” Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami….,” sahut ibu tua ketakutan.

Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya.

“Bagaimana mungkin?

Tuan adalah seorang putra khalifah , tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?” tanya seorang ibu dengan perasaan ragu.

” Khalifah adalah orang yang tidak ,membedakan manusia. Sebab, hanya ketawakalanlah yang meninggikan derajad seseorang disisi Allah,” kata Ashim sambil tersenyum.

” Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur,” kata Khalifah Umar. Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya. Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka.

” Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian…,” jelas khalifah Umar.

Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya.

***

Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya membahagiakan orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Beberapa tahun kemudian mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak akan menjadi orang besar dan memimpin bangsa Arab, yaitu Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Hikmah dari kisah

Jujur adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan. Akan tetapi bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman, baik itu akidah, akhlak ataupun muamalah; di mana yang terakhir ini memiliki banyak cabang, seperti perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan sebagainya.

Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Rasulullah bersabda,

“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”

Rasulullah menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh beliau, “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.” Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan berbuat bajik kepada sesama.

Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.

Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah, sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari Rasulullah, beliau bersabda, “Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.”

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rezekinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemulian dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah baginya kebahagian dunia dan akherat.

Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang lain senang dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan merasa tentram dengannya. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak merasa aman, apalagi musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang yang jujur, dan alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.

Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya -dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan. Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf), melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya.

Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’ mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah, baik dalam shalatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya ataupun khiyanat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali kepada Allah.

Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan celaan para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah seseorang bergaul dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya. Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.

Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist yang menganjurkan untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang berikut,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah: 119)

Apabila kita sekalian mengamalkan sikap jujur dan benar dalam setiap ikhtiar kita, niscaya tidak akan ada kasus tabung gas meledak setiap hari, yang merenggut banyak nyawa orang-orang tak berdosa, insya Allah, wallahu ’alam.

  1. Muadzin paling terkenal pada zaman Nabi adalah ….
    a. Bilal bin Rabah
    b. Ali ibn Abi Thalib
    c. Umar bin Khattab
    d. Abu Bakar
  2. Surah Al-Lahab diturunkan di …
    a. Mekah
    b. Syam
    c. Medina
    d. Mesir
  3. Ayat berikut yang memiliki hukum Idgham Bigunnah ….
    a. لهب وتب
    b. تبت يدا
    c. ما اغنغ
    d. سيلص
  4. Nabi yang menerima Suhuf adalah Nabi ….
    a. Isa a.s.
    c. Ayub a.s
    b. Isa a.s
    d. Ibrahim a.s
  5. Nabi Ayub a.s. suka memberikan sebagian kekayaannya kepada orang-orang yang kurang mampu. Nabi ayub a.s. memiliki perilaku terpuji, yaitu ….
    a. merebut
    b. murah hati
    c. berani
    d. tanggung jawab
  6. Nabi Ayub AS diuji oleh Allah SWT selama ….
    a. 17 tahun
    b. 18 tahun
    c. 19 tahun
    d. 20 tahun
  7. Ayub nabi memiliki garis keturunan dengan nabi …
    a. Musa a.s
    b. Yusuf a.s
    c. Isa a.s
    d. Ishaq a.s.
  8. Surah Al Kafirun dengan pengucapan yang sama adalah ayat ….
    a. 1 dan 6
    b. 3 dan 5
    c. 4 dan 5
    d. 2 dan 4
  9. Pada pengucapan ولم يولد ada hukum bacaan ….
    a. ikhfa haqiqi
    b. izhar halqi
    c. Idgam Bigunnah
    d. qalqalah
  10. Ungkapan Assalatu khairum minan naum diulang selama panggilan sholat….
    a. subuh
    b. Zuhur
    c. asar
    d. magrib
  11. Nabi Musa a.s. berasal dari Bani ….
    a. Israel
    b. Quraisy
    c. Hashim
    d. ‘Off.
  12. Pedoman untuk kehidupan semua Muslim di dunia adalah …
    a. Hadis
    b. Al-Quran
    c. buku itu
    d. gurunya
  13. Buku zabur ditulis untuk …..
    a. Muhammad saw
    b. Isa a.s
    c. Musa a.s
    d. Daud a.s
  14. Surah Al-Kafirun terdiri dari ….
    a. 4 ayat
    b. 5 ayat
    c. 6 ayat
    d. 7 ayat
  15. Waqaf dalam konsep pembacaan berarti ….
    a. Berhenti membacanya
    b. Saya menyelesaikannya
    c. lanjutkan
    d. sudah selesai diperpanjang
  16. Nama yang patut dipuji dalam Islam disebut …
    a. akhakul mazmumah
    b. akhakul mahmudah
    c. ulul azmi
    d. Asmaul Husna
  17. Orang yang ingin menyia-nyiakan kekayaannya adalah di antara yang ….
    a. serakah
    b. pelit
    c. merebut
    d. Mubazir
  18. Orang-orang yang beriman kepada Allah ketika mereka menerima bantuan …
    a. bangga dengan
    b. berterimakasih
    c. sombong
    d. pelit
  19. Tentu Al-Lahab menyatakan bahwa Abu Lahab dan istrinya adalah di antara mereka yang …
    a. baik
    b. bijaksana
    c. Soleh
    d. sedih
  20. Surah Al-Kafirun berarti …
    a. proses Gentile
    b. Orang soleh
    c. orang – orang kafir
    d. Lawan orang-orang kafir
  21. Arti dari ayat keenam dari Al-Kafirun adalah …
    a. Katakanlah, oh, orang-orang yang tidak percaya
    b. Dan saya tidak pernah menjadi penyembah apa yang Anda sembah
    c. Dan Anda belum pernah menjadi penyembah Tuhan yang saya sembah
    d. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku
  22. Surat Al-Kafirun menegaskan bahwa umat Islam selalu …
    a. Tolong saling membantu
    b. Pertahankan persatuan dan integritas
    c. Mempertahankan hukum agama Islam
    d. Berdoalah tepat waktu
  23. Jumlah kitab suci yang harus dipercayai oleh umat Islam adalah …
    a. 4
    b. 5
    c. 6
    d. 7
  24. Injil diturunkan kepada Nabi …
    a. Sulaiman AS
    b. Nuh AS
    c. Isa AS
    d. Musa AS

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Kelas V Pendidikan Agama Islam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel